Bicara soal eksistensi budaya, hal yang paling harus
diperhatikan adalah apa yang sedang terjadi saat ini. Itu artinya, budaya yang
ingin eksistensinya diakui haruslah mengikuti perkembangan jaman. Almarhum Wawan
Juanda, seorang yang dianggap budayawan sekaligus pemimpin Republik
Entertaintment, sebuah Event Organizer yang sering membuat acara-acara berbau
budaya di Kota Bandung pernah berkata, “Budaya harus mengikuti zaman,” ucapnya
pada Majalah Suara Mahasiswa Edisi ‘Melek Budaya’.
Lalu Arswendo Atmowiloto, seorang budayawan yang terkenal
berkat ceritanya dalam serial Keluarga Cemara menegaskan pentingnya hal-hal
baru dalam budaya. “Yang paling penting dari budaya ialah unsur-unsur
kekreativitasan. Kreativitas itu menciptakan sesuatu yang baru. Inilah yang membedakan
manusia dengan binatang,” ujarnya dalam mediakampuslpkk.comm
Kedua pernyataan dari para budayawan diatas sudah terbukti.
Misalnya saja pertunjukan wayang. Di jaman sekarang akan sangat sulit
menampilkan Wayang dalam versi dahulu dimana acaranya bisa berlangsung hingga
pagi, bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa penonton dilarang pulang sebelum
pertunjukan selesai. Dengan kesibukan masyarakat modern, tentunya Wayang semakin
lama akan ditinggalkan. Tapi, bila Wayang mampu menyatu dengan jaman, maka
besar kemungkinan eksistensi mereka akan terus terjaga. Contoh saja tayangan
wayang di salah satu televisi nasional yang memainkan komedian Sule sebagai dalang.
Dalam acara tersebut, wayang ditamplkan lebih modern, dengan materi yang juga
modern sehingga mampu mengambil hati banyak penonton televisi.
Begitu pula dengan makanan. Restoran Sunda misalnya, mau
bagaimana pun, konsumen dan kondisi yang ada di tempat mereka mendirikan restoran
merupakan kondisi dimana kehidupan
modern sudah sangat berkembang. Restoran sudah harus bisa menyatukan unsur
budaya Sunda dengan kondisi modern.
Cara akulturasinya bisa beragam, mulai dari menu yang
dikombinasikan dengan makanan/minuman masyarakt modern, cara measak mereka yang
menggunakan alat modern karena bagaimanapun kebutuhan dengan alat modern sangat
tinggi untuk memenuhi kondisi sekarang yang membutuhkan produktifitas tinggi,
sampai tempat yang juga hasil perpaduan dari budaya Sunda dan modern.
Sebagai contoh, kunjungi saja Sajian Sunda Sambara. Di dalam
Restoran, konsumen akan merasakan suasana Sunda yang kental seperti menu dasar,
musik, sikap para karyawan yang mencirikan karakter orang Sunda, dll. Dengan
adanya hal tersebut, Sajian Sambara tidak pernah berhenti dikunjungi oleh
konsumen yang notabene adalah masyarakat dengan pola piker modern.
Lalu, dengan melakukan hal-hal seperti yang Sajian Sambara dan Wayang yang didalangi Sule tadi, secara tidak langsung juga turut berperan besar dalam melestarikan Budaya Sunda.
No comments:
Post a Comment